Kamis, 17 Oktober 2013

Captain Phillips; Tom Hanks yang Tak Pernah Kau Lihat Sebelumnya

Pernah sekali lewat United 93 di tahun 2006, Paul Greengrass membawa kita melalui moments of truth dalam sebuah drama pembajakan pesawat Amerika oleh Al-Qaeda yang kemudian menjadi satu-satunya pesawat yang selamat dari tragedi 11 September. Nah, kini lewat Captain Phillips, Greengrass lagi-lagi membawa kita dalam perjalanan moments of truth, dengan ketegangan yang begitu kuat, dengan tema classic nan modern. Mengisahkan kapal kargo America di perairan Afrika yang membawa peti kemas berisi makanan (yang bersifat bantuan) untuk penduduk benua Afrika yg di tengah jalan dibajak oleh komplotan perompak Somali. Peristiwa ini sendiri merupakan kisah nyata di tahun 2009, dimana kapal ini, Maersk Alabama, merupakan kapal kargo Amerika pertama yang dibajak dalam kurun waktu 200 tahun.

Captain Phillips sendiri diambil dari nama dari kapten kapal Maersk Alabama, dimana saat pembajakan terjadi, dengan susah payah ia berusaha menutupi dan melindungi keberadaan awak kapalnya yang bersembunyi. Di awal cerita, kita diperlihatkan betapa taktikalnya film ini, permainan kucing-kucingan antara Phillips dan awak kapalnya vs perompak Somali yang berjumlah 4 orang terlihat begitu gampang. Membuat kita mengharapakan sesuatu yang lebih sulit dari itu, namun di saat yang sama kita tahu bahwa sesatu yang lebih besar akan terjadi setelah ini. Dan benar saja, tak lama setelah permainan kucing-kucingan ini terjadi, Phillips kemudian diculik oleh para perompak dalam sebuah safe boat, meninggalkan kapal menuju daratan. Disinilah drama yang sesungguhnya terjadi, dimana kita disuruh menebak apakah nyawa Phillips akan tetap dipertahankan oleh perompak ini demi memenuhi tuntutan mereka, atau menghabisinya.

Captain Phillips sendiri sebenarnya dari awal sudah menyajikan sensasi penuh ketegangan, apalagi aksi para perompaknya terasa begitu nyata dan alami, namun menariknya bahwa ketegangan tersebut tetap saja makin menanjak naik seiring dengan melajunya cerita. Namun tak hanya ketegangan yang dimunculkan, disela-selanya, film ini mampu menyajikan sesuatu yang patut ditertawai, lewat dialognya yang tampil natural, namun tak lantas menjadikannya comedic. Tak hanya itu, film ini bukan cuma soal si Phillips melulu, tapi juga mengenai 4 orang pembajak Somali. Baik tokoh protagonis, maupun antagonis-nya disajikan secara adil oleh Greengrass. Adil disini tak hanya secara visualisasi namun juga secara empati. Selama proses penyanderaan, empati kita bukan hanya untuk Phillips, namun juga untuk para perompak Somali. Kita juga akan diperlihatkan bahwa pada akhirnya, menyandera Phillips, yang merupakan warga Amerika, adalah bisa jadi merupakan taktik yang benar-benar salah yang mereka buat. Kita akan diperlihatkan bahwa nantinya bukan hanya Phillips yang berada dalam keadaan genting, namun juga para perompak ini.

Tom Hanks, yang memerankan Captain Phillips, ada 2; pertama, Tom Hanks yang kerap kali kita temukan dalam banyak film yang ia bintangi, sebut saja yang Appolo 13, The Terminal, Catch Me if You Can, Saving Private Ryan dan banyak lagi. Kedua, Tom Hanks yang tak pernah kita jumpai sebelumnya. Ada moment dalam film ini yang memperlihatkan betapa kuatnya emosi yang Hanks rasakan sehingga mampu mengguncang kita juga, emosi yang tak pernah ia tampakkan sebelumnya -di dilm manapun-, emosi yang membuat kita sadar betapa mengerikannya tragedi ini. Emosi yang berhasil Hanks pancarkan ini menjadikan kisah ini begitu manusiawi serta juga meremukkan. Kemudian, ada Barkhad Abdi, aktor Somali yang berperan sebagai Muse, perompak Somali yang menjadi pemimpin dalam kelompoknya. Abdi tampil sebagai pemimpin yang tampak taktis, mampu membaca situasi, memprediksikan sesuatu, dan begitu berani dan teguh dalam tubuh kecilnya. Singatkatnya, Abdi tampil memukau sebagai seorang perompak yang baru pertama kali berakting di depan kamera. Sayangnya, karakter ini tidak kokoh. Apa yang Abdi sebagai Muse tampilkan, kadang berubah dengan begitu mudahnya menjadi penakut dan tunduk ketika dihadapkan dalam situasi yang mengisolasi dirinya.

Captain Phillips, mungkin bukanlah jenis film heroic yang seperti yang banyak orang harapkan, bukan pula kisah menang dan kalah, Captain Phillips adalah paket moments of truth, dimana kondisi yang diperlihatkan begitu meneror secara gamblang serta traumatis, baik bagi Phillips maupun perompak Somali, sehingga mambuat kita sadar bahwa kita, Phillips dan perompak Somali adalah manusia. Mereka -Phillips & perompak Somali- kuat dan rapuh di saat yang sama. Film ini memperlihatkan kita -tanpa banyak usaha- secara alami bahwa tokoh-tokoh antagonis mampu membuat kita berempati tanpa harus dibuat overdramatically humanist atau berperasaan. Sensasi thrilling yang ditimbulkan membuat kita excited serta kelelahan di saat yang sama, berharap drama yang mengerikan ini segera berakhir. Sayangnya, film ini sama sekali tidak menjelaskan bahwa dalam 200 tahun, inilah kapal kargo Amerika pertama yang dibajak. Well, pada akhirnya, segala yang kita rindukan akan ketegangan di lautan, kerinduan kita akan karya Greengrass, serta kerinduan kita akan Hanks, terbayar secara memuaskan lewat kisah ini.


Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Kelam Mencerahkan
Designed by restuwashere

Back to top