Selasa, 31 Desember 2013

Melampaui Segala Batas, A New Heroine is Coming

Judul : Wadjda
Sutradara : Haifaa al-Mansour
Pemain : Waad Mohammed, Reem Abdullah, Abdullrahman Al Gohani
Genre : Drama
Tahun Rilis : 2012
Negara : Arab Saudi
Personal Rating : 4/5

Arab Saudi bukanlah negri dimana film-film diberi kesempatan berkembang, disana bahkan bioskop tidak ditemukan, namun di tahun 2013, satu film asal negri ini rilis dan melampaui segala batasan. Judulnya Wadjda dan berlatarkan ibukota Arab Saudi sendiri, Riyadh. Wadjda diambil dari nama gadis cilik dalam film ini yang memberanikan diri untuk mengikuti lomba mengaji di sekolahnya demi mendapatkan hadiah uang yang rencananya akan ia belikan sepeda. Wadjda berhasrat untuk mengalahkan teman laki-lakinya, Abdullah, yang kerap menjahilinya di jalan dengan sepedanya. Well, Wadjda sebenarnya dari keluarga kelas sosial menengah dimana tentu saja orang tuanya mampu membelikan ia sepeda, tapi masalah utamanya adalah di Arab Saudi, perempuan terhormat tidak diperbolehkan mengendarai sepeda.

Wadjda kelihatannya tumbuh dalam keluarga yang cukup demokratis, yang tidaklah seketat itu dalam menerapkan norma-norma sosial dan agama. Wadjda tersentuh globalisasi dunia barat, memakai sepatu converse, ia memakai jeans, mendengarka musik barat, dan ketika keluar rumah, penutup kepalanya "lari" kemana-mana, yang ketika saya pertama kali melihatnya membuat saya berpikir, "itu dibolehkan?". Ibunya bahkan ketika menolak permintaan Wadjda untuk dibelikan sepeda, tidak lantas tidak mendukung keinginan Wadjda. Ibunya tetap membiarkan Wadjda melakukan apa yang ia mau. Ironisnya juga pada saat itu, Ibunya sedang berjuang untuk membujuk suaminya agar tak menikah lagi yang semata-mata ingin suaminya lakukan demi mendapat anak laki-laki.

Dari awal kita tahu bahwa Wadjda sebenarnya memiliki konten serius walau di-cover melalui gambaran seorang gadis cilik. Wadjda, dan keinginannya memiliki sepeda memperlihatkan betapa anak-anaknya ia. Well, hampir semua anak-anak tentu saja ingin memiliki barang yang sama dengan temannya. Apapun tampilan yang diperlihatkan Wadjda merujuk pada betapa gampangnya anak-anak terpengaruh dan ikut-ikutan, which is normalWadjda seolah-olah mewakili suara anak-anak bahwa seharusnya mereka memiliki kebebasan bermain tanpa harus direcoki persoalan gender & aturan sosial. Namun seiring bergulirnya cerita, Wadjda akhirnya memperlihatkan bahwa, sepeda itu, bukan hanya sebagai lambang kebebasan ia sebagai anak kecil untuk bermain, tapi juga tanpa ia sadari, sebagai lambang bagi kebebasan wanita di negaranya.

Sutradaranya, Haifaa al-Mansour, bak menjadikan Wadjda dan dirinya sendiri sebagai milestone. Ini film pertama yang disutradarai oleh perempuan Arab Saudi, dan film pertama yang seutuhnya syuting di Arab Saudi. Tak tanggung-tanggung, seolah-olah ingin menyuarakan protesnya yang tercekat selama ini, Al-Mansour juga mengangkat tema yang kontroversi dan sensitif di negaranya, yaitu perempuan dan keinginannya. Al-Mansour akan membawa kita ke dalam dunia perempuan Arab yang sutradara laki-laki takkan mampu membawa kita masuk. Tentang perempuan dibalik burqa mereka dan pahit manis menggunakannya, serta bagaimana burqa membentuk pola pikiran perempuan ini. Belum lagi Al-Mansour memperlihatkan kita bahwa kondisi perempuan Arab dalam pernikahan memang agak miris, perempuan-perempuan ini bahkan tidak akan pernah yakin apakah suami yang mereka nikahi akan menjadi yang terakhir atau bukan. Dan ketidakyakinan perempuan-perempuan ini adalah karena mereka tahu sewaktu-waktu dengan alasan yang bagi masyarakat lebih modern/demokratis konyol, mereka akan ditinggalkan oleh suami-suami mereka. Al-Mansour juga memperlihatkan bahwa intimidasi terhadap perempuan bukan hanya mereka dapat dari laki-laki, namun ironisnya juga dari sesama perempuan. Wadjda bersekolah dimana kepala sekolahnya, seorang perempuan yang begitu keras yang sepertinya menjadi korban intimidasi & aturan oleh keluarganya sendiri & masyarakat, menjadi begitu menyedihkannya melakukan pembalasan yang sama kepada murid-muridnya.

Wadjda, film yang sekilas mengingatkan kita dengan Children of Heaven asal Iran, namun membuat kita sadar seiring perjalanannya bahwa mereka dua film yang seutuhnya berbeda. Wadjda menyuarakan keinginannya sebagai anak kecil dan juga perempuan Arab untuk bebas, memperlihatkan kita sentimen-sentimen yang ia peroleh bahkan antar sesamanya perempuan, namun semangat kanak-kanaknya tak membuat nyalinya surut. Al-Mansour bercerita secara realis dan naturalis, tanpa berusaha terlihat ambisius atau mendramatisir semua kegetiran yang diperoleh perempuan di negaranya. Segala yang terlihat di film ini seolah memang jatuh pada tempatnya. Wajdja, sebagai gadis kecil, bertutur secara jujur dan menyerahkan sisanya kepada penonton untuk menilai cerita ini. Dan apapun penilaian itu, tetap saja, akhirnya Arab Saudi berhasil menciptakan film yang fenomenal. Negara yang tak seorang pun mengharapkan film darinya, apalagi dari seorang sutradara perempuan. Al-Mansour telah berhasil melampau segala batasan dan menciptakan pahlawan perempuan baru, Wadjda.


Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Kelam Mencerahkan
Designed by restuwashere

Back to top