Jumat, 05 Juli 2013

A Bold Story Behind the Curtain of Porn Industry

Title : Boogie Nights
Released year : 1997
Director : Paul Thomas Anderson
Cast : Mark Wahlberg, Julianne Moore, Burt Reynolds
Running Time : 155 Minutes

Berumur 17 tahun, bekerja dengan gaji minimum sebagai pelayan di sebuah club malam dan hidup dengan orang tua yang menganggap anaknya sebagai beban, Eddie Adams, akhirnya memutuskan keluar dari semua kekacauan itu untuk terjun dalam industri film porno, setelah salah seorang sutradara menememukan bakatnya serta meyakinkan dirinya bahwa dengan penisnya berukuran besar, ia memang terlahir menjadi seorang porn mega star. Seolah-olah memang sudah ditakdirkan, di akhir tahu 1970'an, dengan cepat, Eddie Adams yang kemudian menggantinya namanya menjadi Dirk Diggler menjadi begitu populer bersamaan dengan era golden age bagi industri film porno di Amerika kala itu. Berhasil menciptakan banyak keuntungan, Dirk Daggler berhasil menciptakan semacam koneksi yang erta serta luas dalam industri pornografi, dengan mudah ia memiliki teman, dengan mudah ia dikasihi, tak heran jika ia kemudian dianak-emaskan oleh sang sutradara. Begitu pun dengan lawan mainnya, Amber Waves, seorang janda yang kesulitan bertemu dengan putera-nya yang diambil diasuh oleh mantan suaminya, kemudian menyalurkan rasa keibuannya pada Dirk Daggler. Namun begitu, semua hal-hal yang tercapai dengan instan, kadang menguap dengan instan pula, di awal tahun 1980'an, setelah Dirk Daggler mulai mengenal obat-obatan terlarang, karirnya meredup, ia terdepak. Disinilah ikatan yang antara Dirk Daggler dengan orang-orang yang memuja-mujanya selama ini dalam industri pornografi diuji. Tak hanya itu, di luar layar besarnya, potret kehidupan para pelaku pornografi dalam menghadapi persoalan pribadi mereka coba diurai dalam kisah yang berani ini.

Film Boogie Nights sendiri sebenarnya merupakan perpanjangan dari film pendek sang director, Paul Thomas Anderson, berjudul The Dirk Daggler Story (1988), dimana film pendek tersebut menjadi penanda awal karir Anderson dalam dunia perfilman. Menggunakan durasi yang cukup panjang, 2 jam 35 menit, itu pun sebagian besar scene-nya sudah ia hilangkan, tak lantas membuat film ini perlahan-lahan kehilangan daya hipnotisnya. Daya tarik dari film ini sendiri tentu saja karena temanya yang sensitif, namun sering kali membuat orang penasaran, pornografi. Dalam film ini, walau tak semua pertanyaan saya selama ini tentang industri film pornografi terjawab, namun bak tour guide, film ini membawa saya menjelajahi beberapa ruang yang sejak dulu ingin saya ketahui dalam industri pornografi, behind the scene serta idealisme yang mereka anut. Namun tak melulu soal tekhnik pornografi yang coba Anderson perlihatkan dalam film ini, efek dari menjadi orang-orang yang mengambil bagian dalam industri pronografi juga coba Anderson perlihatkan secara gamblang, walau pun memang bersifat personal, namun mewakili kesadaran umum. Anderson memperlihatkan kepada penonton, betapa sulitnya menjadi "pantas" di mata masyarakat ketika pekerjaan kita dianggap kotor dan kita dinilai hanya berdasarkan apa yang kita lakoni.

Dirk Daggler, remaja yang tadinya berumur 17 tahun benama asli Eddie Adams itu memang dibawakan dengan baik oleh aktor Mark Wahlberg, tak flamboyan, namun rendah hati, penuh semangat, dengan ekspresi wajahnya yang nampak dibuat-buat secara berlebihan ketika ia sedang bermain dalam film porno. Daggler, yang membenarkan sikapnya terjun dalam industri pornografi setelah lari dari rumahnya percaya bahwa ia, dan semua pelaku dalam industri ini adalah sarana bagi semua pasangan di dunia untuk mencapai keharmonisan dalam mempertahankan hubungan. Ia percaya bahwa apa yang ia lakukan adalah untuk tujuan mulia, pedapat yang tentu saja menentang anggapan umum selama ini tentang hal-hal yang berbau porno. Menarik juga diperhatikan bahwa walau Dirk Daggler merupakan bintang porno yang sukses, dalam kehidupan sehari-harinya, ia tak lantas menjadikan dirinya kehilangan respek pada seksualitas lawan jenisnya. Begitu pun dengan sebagian bintang porno porno yang lain, seperti Amber Waves, yang diperankan Julianne Moore, perempuan yang kehilangan kestabilan akibat rumah tangganya yang hancur akibat profesinya yang melambungkan namanya, serta kecanduannya terhadap obat-obatan terlarang. Selain dua karakter tersebut, masih banyak karakter dalam film ini yang memperlihatkan bahwa menjadi bintang porno tak melulu bermakna seks.

Pada akhirnya, Boogie Nights adalah adalah kisah pahit manis petualangan orang-orang dalam kehidupan mereka masing-masing, dimana latar belakang pekerjaan mereka kerap dianggap menjijikan bagi banyak orang karena dianggap bertentangan dengan norma. Film ini bukanlah alat propaganda Anderson bagi masyarakat untuk merubah pandangan mereka akan profesi orang-orang dalam industri pornografi, selamanya pandangan negatif orang-orang akan pornografi akan selalu dianggap benar, begitu pun pembelaan para pelaku pornografi yang diwakili Dirk Daggler akan selalu mereka angap benar, namun satu hal yang coba Anderson tekankan bahwa kita tidak bisa menyamaratakan semua orang berdasarkan profesi yang mereka geluti. Semua orang punya cerita dalam hidup mereka, semua orang ingin melakukan hal yang paling baik, semua orang ingin diperlakukan adil, sekali pun mereka aktor porno. Menipiskan batas antara komedi dan drama serta temanya yang mengusik dan kemampuannya mengangkat sisi lain dari industri yang dianggap hina inilah yang membuat Boogie Nights selamanya akan dikenang.

Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Kelam Mencerahkan
Designed by restuwashere

Back to top